Atletik, Gerak Dasar, Peraturan Permainan, dan Nilai Kerja Sama Sportivitas dan Kejujuran dalam Athletik

Atletik adalah sebuah cabang olahraga yang cukup populer di dunia. Olahraga ini terdiri dari berbagai sub cabang olahraga yang dikelompokan dalam beberapa sub olahraga yaitu lari, lempar dan lompat.

Kata  Atletik berasal dari bahasa Yunani “athlon” yang berarti “kontes”, pada awalnya olahraga atletik diadakan bertujuan untuk menunjukan siapa yang terkuat, tercepat dan tertinggi  (Portius, Altius dan Stius) dari yang lainya. Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM. Atletik disebut juga sebagai Ibu dari olahraga lain nya (Mother Of Sport). Induk organisasi olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).

Dalam bab ini kita akan membahas atletik lanjutan dari semester pertama dalam materi ini lebih banyak penerapan tentang atletik seperti lari estafet, lompat tinggi, dan tolak peluru.

A. Lari Estafet
1. Teknik Lari Estafet
Dalam lari estafet, pelari pertama membawa tongkat untuk pertama kalinya, pelari pertama menyampaikan pada pelari kedua. Dan terakhir sampai ke pelari ke empat. Dalam lari estafet, pertandingan regu yang memiliki kemampuan lari cepat, maka regu itu yang akan memenangkannya. Tapi, tidak hanya faktor itu, bila pelaksanaan pergantian tongkat estafet tidak baik maka akan berakibat kekalahan.

2. Teknik Pergantian Tongkat Estafet
Pergantian tongkat estafet ini dibagi menjadi dua:

a. Pergantian tongkat tanpa melihat
Cara ini adalah penerima tidak melihat pemberi tongkat estafet. Cara ini digunakan pada lari 4 x 100 m. Cara terbaik pemberian tongkat adalah bila pergantian tongkat saat keadaan pelari sudah mencapai kecepatan tinggi. Ini terjadi pada 16 m setelah melewati garis permulaan penggantian

b. Pergantian tongkat dengan melihat
Cara ini adalah penerima dengan menengok pemberi tongkat estafet. Cara ini digunakan pada lari lebih dari 100 m.
  1. Perhatikan kedatangan pelari yang akan memberikan tongkat.
  2. Perhatikan kecepatan larinya.
  3. Mulailah berlari dengan kecepatan sama dengan kecepatan lari pemberi.
  4. Ulurkan tangan ke belakang dan melihat tongkat yang akan diterimanya.
  5. Bila pemberi dengan tangan kiri maka penerima dengan tangan kanan begitu pun sebaliknya.
3. Teknik Memegang Tongkat Estafet
Memegang tongkat estafet yang kurang cermat menjadikan tongkat akan terlepas sehingga jatuh saat dibawa lari. Maka dari itu perlu ada teknik memegang tongkat estafet, yaitu:
  1. pegang dengan tangan kanan atau kiri,
  2. pegangan pada ujung setengah dari tongkat.
4. Strategi Penyusunan Regu Estafet
1. Pelari pertama
  • Dipilih pelari yang memiliki start baik dan memiliki kemahiran lari di tikungan.
  • Pelari tercepat pertama.
2. Pelari kedua
  • Pelari yang memiliki tanggung jawab besar.
  • Pelari dengan daya tahan sebagai pelari 200 m.
  • Pelari yang kurang mahir di tikungan.
3. Pelari ketiga
  • Pelari yang memiliki tanggung jawab besar.
  • Memiliki kemahiran di tikungan.
  • Memiliki daya tahan sebagai pelari 200 m.
4. Pelari keempat
  • Dipilih dari pelari tercepat pertama dan kedua.
  • Pelari yang memiliki daya juang besar.
B. Lompat Tinggi
Ada beberapa gaya dalam lompat tinggi, namun yang sering diajarkan di sekolah-sekolah adalah gaya Straddle. Salah satu ciri gaya straddle adalah posisi kaki yang dibuka lebar ketika melewati mistar sebelum mendarat.

Gaya guling perut atau straddle muncul tahun 1956. Seorang atlet bernama Charlie Dumas berhasil memenangkan olimpiade di Australia tahun 1956 dengan ketinggian 2,12 m. Ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai untuk memperoleh lompatan yang tinggi. Teknik tersebut adalah awalan, saat melewati mistar, dan mendarat.

a. Awalan
  1. Arah awalan adalah 35° - 45° dari samping kanan/kiri
  2. Awalan terdiri atas 7 - 9 langkah
  3. Bila awalan kaki kiri titik tumpu adalah kaki kiri
  4. Awalan dilakukan dengan 3/4 kecepatan, di langkah terakhir harus dipercepat dan diperpanjang.
b. Tumpuan
  1. Sikap badan menengadah.
  2. Gerak kaki ayun lurus, tapi tidak kaku.
  3. Kaki kanan ayunkan ke atas.
  4. Badan terangkat, dan kaki tumpu lepas dari tanah.
  5. Ayunkan kaki lebih tinggi dari kepala dan melewati mistar terlebih dahulu.
  6. Usahakan tidak menyentuh mistar.
c. Melewati mistar
  1. Badan mencapai titik ketinggian maksimal.
  2. Badan diputar ke kiri penuh.
  3. Kepala mendahului melewati mistar.
  4. Perut dan dada menghadap ke bawah.
  5. Kaki tumpuan yang semula bergantung ditarik dalam sikap kangkang.
  6. Pada saat kaki kanan sudah turun dan tangan sudah siap membantu mendarat.
d. Mendarat
Pendaratan dilakukan dengan kaki ayun dan dibantu kedua tangan. Kalau badan terpaksa dijatuhkan yang jatuh terlebih dahulu adalah pundak. Yang penting dalam lompat tinggi adalah berhasilnya melampaui mistar.

C. Tolak Peluru
1. Sekilas Tentang Tolak Peluru
Salah satu cabang atletik melempar adalah tolak peluru. Cabang olahraga ini kurang begitu populer, karena tidak terlalu diminati. Hanya bermula dari pengisian waktu senggang dengan melempar batu, kayu atau apapun yang bisa dilempar. Muncullah jenis olahraga tolak peluru.
Pada tahun 1857 ditetapkanlah aturan permainan tolak peluru ini, dari mulai aturan main, lapangan, hingga teknik memegang peluru. Tahun berganti tahun, akhirnya organisasi internasional ini dibentuk dengan menginduk cabang olahraga atletik yaitu IAAF.

Dengan organisasi ini akhirnya perkembangan tolak peluru semakin pesat dengan ditunjang berbagai rekor-rekor dunia.

2. Berat Peluru dan Lapangan Tolak Peluru
  1. Berat peluru untuk laki-laki : 7,26 kg
  2. Berat peluru untuk perempuan : 4,0 kg

3. Teknik Dasar Keterampilan Tolak Peluru
a. Cara Memegang Peluru
Dalam memegang peluru, ada 3 cara yang harus kalian ketahui, di antaranya:

  1. Meletakkan peluru di semua jari tangan yang merenggang dengan rileks. Cara ini tergolong paling mudah, namun tidak efektif untuk lemparan, karena semua jari tidak berfungsi dengan baik.
  2. Peluru diletakkan seperti pada cara pertama, kemudian bagian ujung telapak tangan menarik peluru sehingga tumpuan peluru berada di ujung tangan. Hal ini dapat menjadikan lemparan menjadi lebih jauh karena pergelangan tangan dan jari dapat berfungsi secara optimal.
  3. Cara ini menitikberatkan tumpuan pada jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Cara ini paling efektif, namun seseorang harus memiliki jari yang kuat untuk menggunakan cara ini.

b. Cara Meletakkan Peluru
Dalam teknik peletakan peluru, peluru seolah-olah diletakkan di atas bahu kemudian tubuh agak bungkuk ke depan dan tangan kiri lurus. Peluru berdekatan dengan dagu. Posisi badan membalik 180°, sementara ibu jari, jari telunjuk, tengah, dan jari manis siap meluncurkan. Pada posisi membalik dan siku terbuka, kemudian luncurkanlah peluru tersebut.

4. Gaya Tolak Peluru

a. Gaya Ortodoks
  • Pegang peluru dengan baik.
  • Posisi badan di samping busur bagian belakang/menyamping arah tolak.
  • Berat badan di kaki kanan, kaki kiri diayun ke depan-belakang.
  • Rendahkan badan, bahu kanan mendekat.
  • Lutut kanan digeser dengan cepat ke depan.
  • Kaki kiri menuju balok tolakan.
  • Kaki kanan menggeser ke depan.
  • Begitu kedua kaki menyentuh tanah, lanjutkan dengan tolakkan kaki kanan meluruskan lutut dengan memutar badan ke arah tolakkan dan tangan mendorong peluru. Usahakan sudut tolakan 45°.
b. Gaya O’Brien
Pada tolak peluru, terdapat dua gaya yang sering dilakukan seorang atlet. Namun, dewasa ini para atlet hanya menggunakan satu gaya yang dipakai dalam olahraga tolak peluru. Gaya ortodoks tidak dipakai lagi, dan hanya gaya O’Brien yang sampai saat ini masih digunakan.

Cara melakukan tolak peluru dengan gaya O’Brien sebagai berikut.
  1. Tangan kanan memegang peluru dan diletakkan di pangkal leher.
  2. Kondisi badan membelakangi arah tolakan. Sebagian besar badan bertumpu pada kaki kanan. Pandangan serong ke bawah dan sambil berkonsentrasi, kalian harus tetap rileks.
  3. Badan diputar seraya menaikkan posisi badan, lengan kiri yang tadinya lurus perlahan ditekuk. Setelah badan berbalik posisi tangan kanan meluncurkan peluru, posisi badan harus condong ke depan.
  4. Gerakan lanjutan, diawali dari kaki kanan dulu. Kemudian disusul kaki kiri, sementara badan tetap condong.
LihatTutupKomentar