Pengertian dan Jenis Lembaga Sosialisasi

Masyarakat mengharapkan terciptanya ketertiban sosial yang akan menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup. Agar dapat mewujudkan harapan sosial itu, setiap warga harus menghayati nilai dan norma sosial yang berlaku. Upaya yang ditempuh adalah dengan menjalani sosialisasi. Nilai dan norma yang ditanamkan pada individu akan membentuk kepribadian. Melalui proses inilah kepribadian individu menjadi ciri khas yang membedakan dari individu lain.

1. Pengertian Sosialisasi
Menurut Bruce J. Cohen sosialisasi dipahami sebagai proses pembelajaran seorang individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat sehingga seseorang menjadi bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, sosialisasi menjadi penghubung antara individu dengan masyarakat.

Sosialisasi memiliki dua fungsi. Dari pihak individu, sosialisasi merupakan proses sosial yang menjadikan seseorang sebagai bagian dari suatu kebudayaan setelah mengetahui, menghayati, dan melaksanakan seluruh sistem nilai budaya yang ada. Sementara itu, dari kepentingan masyarakat, sosialisasi berfungsi untuk mempertahankan kebudayaan masyarakat tersebut dengan cara mengajar dan membiasakan seseorang agar selaras dengan pelbagai unsur sistem nilai budaya yang berlaku.

2. Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder
Berger dan Luckman dalam Kamanto Sunarto (2000) mempelajari proses sosialisasi sehingga menghasilkan konsep sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.
  1. Proses sosialisasi pertama yang dijalani individu itu dinamakan sosialisasi primer oleh Berger dan Luckman.  Pertama kali, individu menjalani sosialisasi di lingkungan keluarga. Dia mempelajari berbagai pandangan hidup dan aturan masyarakat melalui didikan orang tuanya. Pandangan hidup dan aturan masyarakat tertanam dalam diri sang individu.
  2. Sosialisasi tahap lanjut yang memperkenalkan individu tersebut ke wilayah baru dari dunia masyarakat disebut sosialisasi sekunder. Setelah menjalani sosialisasi primer, individu dianggap cukup mempunyai bekal untuk bergaul di lingkungan yang lebih luas. Individu kemudian berinteraksi dengan orang-orang di luar lingkungan keluarganya.

Resosialisasi adalah salah satu bentuk sosialisasi sekunder. Proses resosialisasi didahului dengan proses desosialisasi. Dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami pencabutan diri yang dimilikinya. Sedangkan dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu diri yang baru. Proses desosialisasi dan resosialisasi ini sering dikaitkan dengan proses yang berlangsung dalam institusi total

Institusi total adalah suatu tempat tinggal dan bekerja yang di dalamnya terdapat sejumlah individu dalam situasi sama, terputus dari masyarakat yang lebih luas untuk suatu jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung dan diatur secara formal. Contoh institusi total adalah rumah tahanan, rumah sakit jiwa, dan lembaga pendidikan militer.

3. Lembaga-Lembaga Sosialisasi
a. Keluarga
Proses sosialisasi sebetulnya berawal dari dalam keluarga. Bagi anak-anak yang masih kecil, situasi dunia adalah keluarganya sendiri. Persepsi mereka mengenai dirinya, dunia, dan masyarakat di sekelilingnya secara langsung dipengaruhi oleh sikap serta keyakinan keluarga mereka. Proses sosialisasi yang terjadi dalam lingkungan keluarga sebagai berikut.
  • Keluarga merupakan kelompok primer yang memiliki intensitas tinggi untuk mengawasi perilaku anggota keluarganya.
  • Orang tua berperan mendidik anak agar kehadirannya dapat diterima oleh masyarakat.
  • Sosialisasi diberikan oleh orang tua kepada anak agar membentuk ciri khas kepribadian.

b. Sekolah
Nilai sosial dan norma sosial juga dipelajari individu dari lembaga pendidikan tempat dia belajar. Pada masyarakat tradisional, fungsi pendidikan diemban oleh keluarga. Namun pada masyarakat modern, fungsi pendidikan dijalankan oleh sekolah. Proses sosialisasi di lingkungan sekolah sebagai berikut.
  • Berperan dalam proses sosialisasi sekunder.
  • Melibatkan interaksi yang tidak sederajat (antara guru dan siswa) serta interaksi sederajat (antara siswa dan siswa).
  • Cakupan sosialisasi lebih luas.
  • Berorientasi untuk mempersiapkan penguasaan peran siswa pada masa mendatang.
  • Menanamkan nilai kedisiplinan yang lebih tinggi dan mutlak.

c. Teman Sepermainan
Teman sepermainan ternyata berperan besar dalam sosialisasi. Walaupun teman sepermainan bertujuan utama untuk rekreasi, namun mereka berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadimu. Di kelompok ini individu tanpa sadar belajar berbagai hal yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Proses sosialisasi dalam kelompok bermain sebagai berikut.
  • Dilakukan antarteman, baik teman sebaya maupun teman tidak sebaya.
  • Terjadi secara ekualitas (hubungan sosialisasi yang sederajat).
  • Kelompok bermain ikut menentukan cara berperilaku anggota kelompoknya.
  • Menjadi bagian dari subkultur yang dapat memberikan pengaruh positif atau negatif.
Masyarakat mengharapkan terciptanya ketertiban sosial yang akan menjamin terpenuhinya kebu Pengertian dan Jenis Lembaga Sosialisasi
d. Media Massa
Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, tabloid, film, dan lain-lain menyajikan model peran yang dapat ditiru oleh individu untuk membangun jati dirinya. Perilaku masyarakat pun dapat berubah karena tayangan media massa. Identifikasi proses sosialisasi media massa sebagai berikut:
  • Dilakukan untuk menghadapi masyarakat luas.
  • Pesan sosialisasi lebih bersifat umum.
  • Diperlukan peran serta masyarakat untuk bersikap selektif terhadap informasi yang akan diserap oleh anak.
  • Sosialisasi selalu mengikuti segala bentuk perkembangan dan perubahan sosial yang bersifat universal.
  • Berperan penting untuk menyampaikan nilai dan norma untuk menghadapi masyarakat yang heterogen.

4. Ketidaksepadanan Pesan Lembaga Sosialisasi
Keluarga, sekolah, dan teman sepermainan merupakan lembaga-lembaga sosialisasi. Ketidaksamaan pesan yang disampaikan suatu lembaga sosialisasi dengan lembaga sosialisasi yang berbeda. Sesuatu yang diajarkan keluarga dan sekolah ternyata berbeda dengan yang diajarkan teman sepermainan.

Individu yang mendapat pesan berbeda atau bahkan bertentangan cenderung mengalami konflik pribadi. Lahirnya konflik pribadi itu disebabkan karena dia merasa diombang-ambingkan oleh lembaga sosialisasi yang berlainan sehingga tidak mempunyai pedoman sikap yang mantap. Sejumlah ahli menggolongkan sosialisasi ke dalam dua kelompok, yaitu sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatif.
  1. Sosialisasi represif menekankan pada kepatuhan individu terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku. Untuk mendapatkan kepatuhan setiap orang, maka hukuman yang membuat jera dianggap sebagai jalan keluarnya. Agar tidak dijatuhi hukuman, warga kemudian bersikap sesuai aturan.
  2. Sosialisasi partisipatif mengharapkan warga mematuhi nilai dan norma sosial karena dia memahami arti penting kedua hal tersebut. Dengan demikian, kepatuhan warga dibangun bukan di atas rasa takut terhadap hukuman, melainkan dibangun di atas kesadaran akan keutamaan nilai dan norma sosial tersebut. Sosialisasi partisipatif berusaha membangun kesadaran setiap individu.

Ketika kita membandingkan kedua sosialisasi itu, kita dapat menemukan bahwa sosialisasi partisipatif lebih unggul daripada sosialisasi represif. Sosialisasi represif hanya melahirkan kepatuhan
semu warga masyarakat terhadap aturan yang berlaku. Bahkan tidak jarang sosialisasi represif juga membawa penyesalan panjang
LihatTutupKomentar