Nilai Persatuan Sultan Hamengkubuwono I

Sri Sultan Hamengkubuwana I merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Yogyakarta yang memerintah tahun 1755 - 1792. Sri Sultan Hamengkubuwono I lahir di Kartasura. Dia lahir pada tanggal 6 Agustus 1717. Dia memiliki nama asli semenjak dilahirkan, yakni Raden Mas Sujana. Namun setelah menginjak usia dewasa, dia mulai memiliki gelar sebagai Pangeran Mangkubumi. Dalam masanya, pernah terjadi peperangan hebat antara Mangkubumi dengan Pakubuwono II yang dibantu oleh VOC. Para sejarahwan menyebut perang tersebut sebagai Perang Tahta Jawa III.

Dalam pertempurannya melawan saudaranya tersebut, dia dibantu oleh panglimanya Raden Mas Said. Pangeran Mangkubumi merupakan ahli siasat perang yang ulung. Hal itu terbukti dengan kemenanganya dalam pertempuran di Grobongan, Demak. Bahkan puncaknya, Pangeran Mangkubumi mampu menghancurkan pasukan Belanda yang dipimpin Panglima De Clerck di tepi Sungai Bagawanta (1751).

Pangeran Mangkubumi juga tidak suka berkompromi dengan pihak Belanda. Sebelum Susuhunan Pakubuwono wafat, dia menyerahkan Kerajaan Mataram kepada Belanda. Namun, Pangeran Mangkubumi tidak mau mengakui penyerahan Mataram kepada Kompeni Belanda. Hingga pada akhirnya Belanda mampu membujuk Pangeran Mangkubumi untuk berunding dalam Perjanjian Giyanti yang memecah Kerajaan Mataram menjadi dua.
Sri Sultan Hamengkubuwana I merupakan pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Yogyakarta Nilai Persatuan Sultan Hamengkubuwono I
Berdasarkan perjanjian tersebut Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua, yakni Kerajaan Mataram Surakarta Hadiningrat dan Kerajaan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat. Susuhunan Pakubuwono III menjadi raja Kerajaan Mataram Surakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi menjadi raja Kerajaan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I.

Di Yogyakarta, dia adalah seorang raja terbesar. Dia mampu mengalahkan Surakarta, meskipun Yogyakarta masih tergolong negeri yang baru. Bahkan jumlah armada perang dan pasukannya lebih besar daripada jumlah armada perang milik VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie/ Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) di Jawa. VOC merupakan sebuah perusahaan yang didirikan oleh Belanda pada tanggal 20 Maret 1602 yang memiliki wewenang untuk memonopoli segala aktivitas perdagangan di Asia.

Tidak hanya sebagai seorang pemimpin yang memiliki keahlian dalam strategi berperang, dia juga mencintai keindahan alam. Taman Sari Keraton Yogyakarta merupakan karya arsitektur yang monumental di masa kepemimpinannya. Taman tersebut dirancang oleh seorang ahli bangunan Kasultanan berkebangsaan Portugis yang memiliki nama Jawa Demang Tegis.

Hamengkubuwono I menghembuskan napas terakhirnya dan meninggal dunia pada tanggal 24 Maret 1792. Tahta yang dia miliki sebagai seorang raja Yogyakarta kemudian diwariskan kepada putranya Raden Mas Sundoro, yang bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono II. Karena kegigihannya melawan penjajah asing di masanya yaitu Belanda, Sri Sultan Hamengkubuwono I ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 10 November 2006.

Berikut ini beberapa watak dan perilaku serta kebijakannya Hamengkubuwono I yang menunjukkan adanya nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
  • Cinta tanah air. Pangeran Mangkubumi tidak suka berkompromi dengan pihak Belanda. Sebelum Susuhunan Pakubuwono wafat, dia menyerahkan Kerajaan Mataram kepada Belanda. Namun, Pangeran Mangkubumi tidak mau mengakui penyerahan Mataram kepada Kompeni Belanda.
  • Berjiwa Besar. Sejak Perjanjian Giyanti wilayah kerajaan Mataram dibagi menjadi dua. Pakubuwono III tetap menjadi raja di Surakarta, Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengkubuwono I menjadi raja di Yogyakarta.
  • Rela berkorban. Kegigihannya melawan penjajah asing di masanya yaitu Belanda (VOC), Sultan Hamengkubuwono I sebagai Pahlawan Nasional. Dengan mengorbankan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk mempertahankan negaranya.
  • Berani dalam Kebenaran. Peperangan hebat antara Mangkubumi dengan Pakubuwono II yang dibantu oleh VOC atau yang tersebut sebagai Perang Tahta Jawa III. Menunjukkan sikap berani dalam kebenaran Sultan Hamengkubuwono I.
LihatTutupKomentar